Oleh : Elie Mulyadi
(Penulis buku motivasi "Muslimah at work" dan "Spiritual in work")
SAAT kita mengatakan ingin menjadi sesuatu atau seseorang, selalu akan ada orang-orang yang berkata seperti ini “Tidak mungkin!” “jangan berkhayal” atau “Jangan mimpi!”
Padahal Albert Einstein, penerima anugerah novel fizik, justeru mengatakan, “Daya khayal adalah segalanya. Hal itu mengawali semua yang menarik dalam kehidupan kita.” Tentu saja wawasan bukanlah sembarangan khayalan, sembarangan mimpi. Ia bukan impian kosong atau lamunan hampa, melainkan keyakinan kuat untuk menggapai sesuatu di masa depan, yang dipadu oleb usaha yang serius dan terarah. Kalau kita cakap, “Saya ingin jadi presiden” sementara setiap hari hanya duduk mengadap depan tv, itu bukanlah wawasan, melainkan bualan yang jangankan orang lain, kita sendiri pun tak percaya bakal berhasil untuk mewujudkannya.
Berkhayal tanpa bergerak, sama saja dengan menonton filem sambil menutup mata. Ingin menikmati jalannya cerita, serunya setiap adegan, pesona para pemain, tapi dengan mata tertutup? Jelas tak akan berhasil. Paling-paling hanya boleh mereka-reka dalam fikiran. Sebuah wawasan tak sekadar bererti menetapkan keinginan. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, paling tidak berikut ini:
1 .WAWASAN HARUS DISERTAI KEYAKINAN
Bagaimana Einstein dapat merumuskan teori fizik dan menginspirasi pengembangan kuasa nuklear, bila sebelumnya ia tak yakin ada sesuatu yang harus dipelajari tentang alam? Bagaimana Neil Armstrong dapat mendarat di bulan (kalau memang benar) bila ia sendiri tak pernah percaya boleh mencapai ke sana? Mungkin hanya Rasulullah yang boleh mencapai langit ke tujuh dalam peristiwa Israk Mikraj tanpa pernah membayangkannya lebih dulu.
Pada realitinya, kita yang manusia biasa mesti memiliki keyakinan terlebih dulu untuk boleh berbuat dan menghasilkan sesuatu. Contoh sederhana, bagaimana kita boleh menggapai Allah melalui ibadat solat bila tak meyakini keberadaanNya sebagai “Khalik”. Segala sesuatu yang diinginkan boleh terlaksana hanya jika kita yakin boleh, sebab keyakinan merupakan penggugah semangat untuk bergerak. Bila tak yakin, maka ucapan kita tak lebih dari sekadar “cakap-cakap kosong” niat kita tak ubah dan sekadar angan-angan. Meski tak perlu yang indah-indah, keyakinan adalah modal utama untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari yang sudah kita capai saat ini.
2. WAWASAN HARUS TERLUKIS DENGAN JELAS
Di masa kecil, hampir semua dari kita pernah ditanya tentang cita-cita. Dengan citarasa khas anak-anak, kita kerap kali menjawab: “Jadi doktor!” atau “arkitek!” atau “pemandu kapal terbang!”. Pada saat dewasa, sebahagian besar kita justeru tak memilih salah satu dari ketiga kerjaya tersebut. Kita malah menjadi guru, penulis atau bahkan “pemain sarkas”. Kenapa? Kerana sewaktu kecil, kita menyebut cita-cita tanpa melukiskannya dengan jelas dalam benak. Belum terbayang seperti apa jadi doktor itu, bagaimana rasanya menjadi arkitek, apa saja cabaran menjadi seorang “pilot”. Kita menyebutkannya hanya kerana itulah yang sering didengar dan para ibu bapa saat mengungkap rasa terhadap anak-anak mereka kelak.
Maka untuk berjaya, kita tak cukup hanya menyebutkan sebuah kerjaya. Kita harus membayangkan dengan jelas setiap detailnya. Saat ingin menjadi penyanyi, misalnya, kita perlu membayangkannya. Dari mulai membayangkan pakaian seperti apa yang akan dipakai, aksi apa yang akan ditampilkan di atas pentas, bagaimana memerdukan suara dengan gerakan, berhubungan dengan penonton, memenangkan hati penonton, mengadapi kilatan lampu kamera jurugambar, menjawab pertanyaan para wartawan, hingga memilih label rakaman, melantik pengurus, mengelola kewangan dan mengatur waktu antara kerjaya dan peribadi.
Kenapa harus? Kerana semakin jelas kita membayangkan, semakin bangkit emosi yang bermotivasi. Jack Nicklaus, seorang ahli sukan golf berkata: “Aku tak pernah melakukan pukulan tanpa lebih dulu membayangkannya dengan jelas dan terfokus dalam benakku, bahkan pada saat latihan.” Itulah kenapa dia memenangi lebih dari 100 pertandingan golf.
Orang bijak mengatakan, cita-cita yang ternyata, tertulis dan tergambarkan dengan jelas sudah merupakan setengah dari keberhasilan meraihnya. Menurut Canfield (2005) dalam bukunya The Success Principle, masa depan boleh digambarkan dengan cara sederhana. Misalnya kalau kita ingin punyai rumah impian, lakukan tiga hal berikut: (1) pejamkan mata, (2) bayangkan rumah impian berserta detailnya, dari mula lokasi, ukuran, bentuk, interior, eksterior, dan sebagainya, dan 3) pamer gambar-gambar yang sekiranya mewakili detail rumah impian kita.
Gambaran seperti ini sangat penting untuk menciptakan tingkat motivasi baru dan mengktifkan fikiran bawah sedar agar lebih kreatif niencari jalan keluar untuk mencapai tujuan. Misalnya, kerana demikian ghairah kita akan sesuatu, tiba-tiba saja muncul keinginan melakukan hal-hal baru, timbul idea-idea baru, sedar akan peluang-peluang baru, yang sebelumnya boleh tak pernah terfikirkan.
Di negara-negara maju, gambaran masa depan sudah ditanamkan pada anak-anak sejak kecil.
Di Jepun misalnya, anak-anak sana sudah punya perbendaharaan cita-cita yang luas. Tak sebatas hanya ingin jadi doktor, juruterbang atau arkitek, seperti yang sering kita dengar dari anak-anak kita. Dan sekian banyak pilihan kerjaya, mereka sudah boleh memilih cita-cita yang unik dan spesifik, misalnya: saya ingin jadi ahli pembuat jubin, tukang masak di restoran antarabangsa, pedagang barang-barang elektronik, petani sayuran hidroponik, pemain silap mata, penerbit filem kartun, pelukis gambar komik dan sebagainya.
Sejak kecil, mereka diarahkan untuk sedar bahawa di dunia ini ada begitu banyak hal yang boleh diperbuat. Menjadi orang yang berjaya bukan bererti memiliki profesion tertentu yang dianggap bergengsi, melainkan memiliki bidang keahlian yang benar-benar digeluti dan menjadi pakar di dalamnya. Mungkin itulah sebabnya cita-cita masa kecil menjadi lebih mudah untuk direalisasikan.
3. WAWASAN HARUS DIUBAHKAN DALAM TUJUAN SPESIFIK
Seperti diungkapkan sebelumnya, wawasan adalah gambaran masa depan yang diinginkan. Sedangkan TUJUAN adalah langkah-Iangkah yang diambil untuk meraih Wawasan tersebut. (Anda mungkin punya definisi berbeza tentang hal ini, namun sejauh ini definisi itulah yang saya yakini).
Kaitan antara wawasan dan tujuan dapat digambarkan sebagai berikut:
Terlihat bahawa tujuan (segitiga-segituga kecil) merupakan bahagian dan wawasan (segitiga besar). Tujuan adalah langkah-langkah yang bila dilakukan secara bertahap dan berterusan akan membawa pada tergapainya wawasan. Kalau diibaratkan dengan pertanyaan 5W+1H (What, Who, When, Where, Why+How) maka wawasan mengandung unsur 1H.
Bila anda bercita-cita menjadi penyanyi hebat, misalnya inilah contoh cara merumuskan wawasan dan tujuan anda:
VISI -Wawasan
mengandungi 5W- What Where Who Why When)
What: Saya ingin menjadi penyanyi profesional yang memberi banyak inspirasi.
Where: Di Malaysia dengan berpengkalan di ibu kota.
Who: Saya bersama kumpulan band saya.
Why: Kerana saya senang menyanyi menghibur orang, dan menjadi motivator melalui nyanyian. Saya juga punya bakat yang baik dalam suara dan aksi di atas pentas.
When: 5 tahun dan sekarang cita-cita itu diharapkan terwujud.
TUJUAN
(mengandungi1H-HOW)
T1: Membentuk kumpulan band sebagai vokalis, fokus latihan, mengikuti dan memenangkan pertandingan band, menjadi pembuka untuk konsert-konsert band ternama, menjaring peluang di bisnes muzik (tahun 1)
T2: Menggarap album, membuat demo rakaman bekerjasama dengan syarikat rakaman untuk mengedar album perdana, meraih berbagai penaja untuk melakukan konsert ke kampus-kampus di seluruh negara (tahun 2)
T3: Evaluasi album perdana menggarap dan menerbit album kedua, mencetak platinium hits, melakukan konsert-konsert eksklusif di berbagai stesen tv dan pertunjukan pentas di beberapa bandar di seluruh Malaysia (tahun 3)
T4: Menggarap dan menerbit album ke-3, mengadakan tour keliling, mengukuhkan imej melalui kontrak iklan untuk beberapa produk komersil berjenama terkenal, aktif dalam kempen dan kegiatan-kegiatan sosial atas nama band (tahun 4)
T5: Melakukan konsert tunggal eksklusif dengan citra sebagai kumpulan band terkenal, membuat album dengan penyanyi antarabangsa, menjadi tamu kehormat pada konsert band-band baru tanah air, menjadi juri untuk pemilihan band/vokalis, memantapkan citra sebagai vokalis paling diminati di tanah air (tahun 5)
Dapat dilihat bahawa tujuan-tujuan yang jelas dan tertulis membuat kita lebih terarah dalam mencapai wawasan.
Advertisement
Latar Belakang Editor
Kata Hikmah
(Riwayat at-Tarmizi)
Location Finder for Visitor
Kategori Kandungan
- Cetusan Minda Penulis (13)
- Ekonomi dan Perniagaan (16)
- Freeware Pilihan (4)
- Idea Kreatif (3)
- Iklaneka (1)
- Ilmu dan Pendidikan (17)
- Kembara (4)
- Kepimpinan dan Organisasi (11)
- Kongsi Info (17)
- Motivasi (12)
- Mukah Dalat Oya (5)
- Ptadbiran dan Pmerintahan (7)
- Ramadhan al-mubarak (12)
- Sosial dan Kemasyarakatan (17)
- Tamadun dan Islam (12)
- Teknologi dan Komputer (9)
- Tips dan Petua (9)
- Tokoh dan Kata Hikmah (7)
- Tourism (3)
Freeware Pilihan

Spyware Terminator
CCleaner
Folder Encryption
Removeable Trezor
Sila ke Kategori Kandungan Freeware Pilihan untuk review atau ulasan lanjut
Rakan Blogger
Jerunei Referrer
Social bookmark tool

Khamis, September 04, 2008
Membangunkan Wawasan
Rabu, September 03, 2008
Menggapai Bening Hati
Oleh : Agung Abdullah
SUATU ketika dalam sebuah majlis Rasulullah s.a.w berkata kepada para sahabatnya, “Hati itu ada enpat macam: hati yang bersih bagaikan pelita yang berkilauan; hati yang tertutup dan terikat tutupnya; hati yang terbalik; dan hail yang lebar.”
Rasulullah s.a.w berhenti sebentar dan kemudian meneruskan kembali, “hati yang bersih adalah hati seorang mukmin, pelita yang ada di dalamnya adalah cahaya yang menerangi jalannya. Hati yang tertutup adalah hati orang kafir. Hati yang terbalik adalah hati orang munafik, hati yang tahu sekaligus yang mengingkari. Sedangkanhati yang lebar adalah hati yang di dalamnya ada keimanan dan kemunafikan.”
Kemudian Rasulullah s.a.w menjelaskan, "keimanan dalam hati terakhir ini seperti sebuah sayur yang dimasukkan ke dalam air bersih. Sedangkan kemunafikan ibarat luka yang dimasukkan ke dalam darah dan nanah. Mana yang dapat mengalahkan lainnya, itulah yang menguasainya.”
Demikianlah Rasulullah menjelaskan empat macam keadaan hati. Tapi diri kita mungkin telah mengetahui pada bahagian mana hati kita ini; apakah terang bagaikan pelita, tertutup dan terikat, hati yang terbalik ataukah hati yang lebar?
Hati adalah cerminan diri, yang memungkinkan manusia menerima pengertian siapa sebenarnya dirinya. Cermin yang jernih akan memantulkan hakikat sebenarnya. Hati yang jernih hanya dimiliki oleh mereka yang sentiasa mendekatkan diri kepadaAllah. Ia sentiasa berharap agar hatinya dibersihkan dari segala noda-noda yang menutupinya. Hati yang kotor tak lain hanya dimiliki oleh mereka yang sering bermaksiat kepada Allah. Ia meninggalkan segala perintahNya dan tak pernah mempedulikan apa yang telah dilarangNya.
Memiliki hati yang bersih selayak pelita adalah harapan setiap hamba Allah yang beriman. Salah satu yang menjadikan hati bersih dan bercahaya adalah gemar membaca al-Quran. Abdullah bin Mas’ ud pernah berkata, “Sesungguhnya al-Quran itu adalah tali Allah, cahaya penyembuh yang sangat mujarab dan penyelamat bagi yang mengikutinya. Al-Quran akan meluruskan, tidak membuat bengkok dan tidak pernah membosankan walau dibaca berulangkali. Untuk itu bacalah Ia kerana Allah akan memberikan pahala pada bacaan tersebut yang setiap hurufnya 10 kebaikan.”
Selain itu, memperbanyakkan zikir juga dapat membawa hati kita pada keadaan yang selalu diliputi rahmat serta rahimNya. Berzikir membuat hati kita menjadi tenang, dan hati yang tenang akan membawa pada ketenteraman hidup. Hati yang tenang yang sentiasa menghidupkan hari-hari kita untuk mengagung dan membesarkan nama Allah.
Dicatat oleh
Rey
0
ulasan
Label: Ramadhan al-mubarak
Selasa, September 02, 2008
Menyesal : Awal Taubat

KETIKA mengunjungi penjara, baik pada saat berzikir bersama para ustaz dari majlis Azzikra, mahupun dalam bidang tugas saya selaku kuasa hukum, saya menemukan begitu hanyak kemunafikan, ketidak adilan dan pemerasan di sana.
Pernah suatu ketika saya berbicara dengan seorang tertuduh yang dijatuhi 15 tahun hukuman penjara kerana dituduh korupsi. Kami begitu akrab, mungkin dia fikir saya seorang ustaz yang dapat memberikan pencerahan kepadanya. Awal perbicaraan penuh dengan gurutuan ketidakadilan yang dia alami. Ia mengeluh kenapa cuma dirinya yang dihukum, mengapa atasannya tidak dihukum, bahkan terjerat pasal pun tidak? Dia merasa dirinya adalah kambing hitam sebuah kekuasan.
Setelah mengetahui kerjaya saya adalah seorang peguam, dia pun berkata, “Bang, saya ingin memberitahu bahawa saya tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan kepada saya. Saya tidak bersalah. Tapi saya juga sedar, pasti abang sudah bosan mendengarkan kata-kata ini, kerana setiap penjahat selalu berkata hal yang sama. Tapi kali ini, saya minta abang percaya sama saya. Saya tidak berbohong.”
Naluri saya berkata orang ini tidak bersalah. Otak pengacara saya mulai berputar untuk mencari keadilan bagi orang ini. Namun, sebelum fikiran saya jauh menerawang, tiba-tiba dia menyela. “Tapi bang, ada banyak kejahatan lain yang saya perbuat, tapi saya tak tertangkap. Jadi saya kira apa yang terjadi sekarang ini memang adil,” ungkapnya sambil tersenyum. Saya tertawa, dia juga tergelak. Seluruh badannya yang gemuk ikut bergoyang mengikut irama tawanya.
Kisah tertuduh ini ternyata telah memberikan sebuah pelajaran berharga bagi diri saya. Cuba bayangkan, betapa seringnya kita melakukan “kejahatan”, yang begitu melukai, tapi kita tak dibuat menderita olehnya? Jika itu terjadi, pernahkah kita berkata; “Ini tidak adil! Mengapa aku tidak ditangkap?” Tapi jika kita dibuat menderita oleh suatu alasan yang tak jelas, belum-belum kita sudah mengaduh dan mengerang; “Ini tidak adil! Dimanakah keadilan? Mengapa harus aku?”
Penjara adalah sebuah tempat di mana kehidupan mengalir seperti hanya di luar penjara. Yang membezakannya adalah tembok besar yang mengelilingi bangunan penjara itu. Tapi semua pihak yang ada di sana, baik yang bersalah mahupun petugas, sama-sama merasakan kongkongannya tembok itu. Bezanya, kalau petugas dapat pulang ke rumah setelah tugas berakhir, sementara mereka yang terpenjara menghabiskan waktunya di balik tembok dan dinding yang pengap. Dan penjara adalah sebuah sekolah kehidupan. Mereka yang berada di dalam sana sebenarnya adalah orang-orang 'pilihan'.
Mereka terpilih untuk menjalankan sebuah seleksi alam: apakah erti sesungguhnya atau menjadi orang yang sedar akan ‘makna kejahatan’, maka Iia tak pernah lagi balik ke dalam penjara. Dan, yang lebih penting, dia tidak akan mencederai atau melukai perasaan mahupun fizik orang lain. Tapi jika ia merasa dirinya adalah seorang penjahat, maka penjara menjadi sebuah rumah penuh pesona. Ia miliki daya tarik yang akan memanggil kembali mereka di luar sana untuk saling melepas rindu. Ia akan sulit keluar dari lingkaran kejahatan kerana tanggapan yang telah ia berikan kepada dirinya sendiri.
Saudaraku, dalam berbagai kunjungan lainnya, saya selalu katakan kepada mereka yang sedang berada di dalam penjara bahawa mereka bukanlah penjahat, melainkan seorang yang telah melakukan suatu tindakan kejahatan. Saya katakan, jika anda mengatakan diri anda penjahat maka anda akan merasa diperlakukan sebagai penjahat. Dan bahayanya, jika anda percaya bahawa diri anda jahat, maka bersiap-siaplah kerana anda akan menjadi penjahat yang betul!
Jadi tengantung dari sudut mana anda melihat dan menempatkan diri tatkala anda berada dalam penjara. Penjara bukanlah satunya bangunan yang secara serta-merta menyatakan bahawa diri anda busuk, banyak orang-orang yang tak bersalah, atau orang-orang yang berbeza pendapat dengan kekuasaan dicampakkan dalam penjara. Di sisi lain, begitu banyak pula orang-orang yang telah mencederai rasa keadilan rakyat, yang tak pernah mencium pengapnya bilik penjara.
Kerana itu saudaraku, orang-orang yang sedar akan ketidakadilan dunia akan menganggap bahawa penjara sebagai madrasah rohani bagi dirinya. Jika ia benar telah melakukan kesalahan di sinilah tempatnya untuk merenung dan menyesali apa yang telah ia lakukan, lalu bertaubat serta membuat dirinya makin mengenal Allah. Banyak orang yang mendapat hidayah saat berada di dalam penjara. Bahkan banyak karya besar para ulama yang lahir selama ia berada di penjara.
HAMKA dan Sayyid Quthb, misalnya adalah contoh ulama yang melahirkan maha karyanya di dalam penjara. Kita ketahui Pramoedya AnantaToer makin produktif selama di penjara. Nelson Mandela bahkan menjadi Presiden Afrika Selatan sekeluarnya dari penjara selama puluhan tahun. Penyesalan adalah perlindungan seorang hamba. Dengan penyesalannya itu hati seorang hamba akan bersinar-sinar sehingga ia dapat membersihkan dosa-dosanya dengan air matanya.
Allah pun akan mengangkat darjat orang yang air matanya berlinang kerana takut kepada Allah, merekalah orang-orang yang bertaubat.
Rasulullah s.a.w bersabda, "Dua mata yang tidak tersentuh oleh api neraka: air mata yang menangis kerana takut kepada Allah." (HR Termizi)
Bahkan Ibnu Umar r.a berkata, “Aku lebih menyukai air mataku menetes kerana takut kepada Allah daripada aku berinfak sebanyak seribu Dinar.” Sedangkan Muhammad Ibnu Makdir r.a berkata, “Telah sampai kepadaku khabar gembira bahawa api neraka tidak akan memakan tempat yang dibasuh dengan air mata.”
Salah satu pembuktian menyesali sebuah dosa ialah dengan cara menangis. Seorang ahli hikmah berkata bahawa berbicaralah bahasa taubat dengan bahasa air mata dan ungkapkanlah dengan tangisan. Janganlah sampai kita mengikuti burung gagak dalam bertaubat. Bukankah burung gagak mabuk kerana terlalu banyak minum, lalu ia berkeliling di antara bangkai-bangkai, namun ketika ia sedar dari mabuknya, ia akan menyesal kerana telah sedar dari mabuknya.
Orang yang menyesal adalah orang yang tidak akan mengulangi perbuatan dosanya dan ia akan bersegera bergaul dengan orang-orang bertaubat. Umar bin Khathab r.a pernah berkata dalam wasiatnya yang indah, “Bergaullah dengan orang-orang yang bertaubat kerana mereka lebih lembut hatinya.”
Kerana itu, jika anda melihat seseorang keluar dari penjara lalu kemudian ia meletakkan dirinya bersama-sama orang-orang salih dan orang-orang yang telah bertaubat maka sesungguhnya ia adalah orang yang menyesal dan sungguh-sungguh telah bertaubat. Tapi jika ia lalu kemudian berkumpul dengan sesama golongan yang ‘jahat’ untuk membentuk sebuah kunpulan kejahatan baru, maka sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang lalai. Ia termasuk orang yang baru berkata menyesal di lisannya tapi belum di hatinya.
Dan jika hati tidak benar-benar menggambarkan penyesalan, maka lisannya itu sungguh sedang berbohong. Orang yang menyesal adalah orang yang kemudian bersikap toleran dan memaafkan setiap orang yang telah menyakiti hatinya. Dengan sikapnya yang baru ini, ia sesungguhnya sedang meneladani akhlak Rasulullah s.a.w. Bukankah Rasulullah s.a.w tidak pernah menuntut balas demi kepentingan diri sendiri, baginda hanya menuntut balas jika kesucian dan kehormatan Allah dirosak?
Suatu ketika Qatadah ditanya, “Siapakah orang yang paling perkasa?” beliau menjawab, “Yang paling pemaaf.” Abu Said al-Mugbiri berkata, “Salah satu kesempurnaan sikap maaf seseorang adalah tidak menuntut balas kepada orang yang telah menzaliminya, kemudian dia mengasihinya serta banyak memohon kepada Allah agar dia mengampuninya.” Diriwayatkan bahawa ada seorang perempuan yang mencuri mushaf dan selimut Malik bin Dinar. Malik lalu mengikutinya dan berkata, “Aku Malik, ambillah selimut itu untukmu, tapi tolong kembalikan mushaf itu padaku, jangan takut!”
Orang yang menyesal adalah orang yang memiliki tekad yang luar biasa untuk tidak kembali mengulangi kesalahan masa lalunya. Abu Hazm berkata, “ketika peribadi-peribadi memperbaiki diri maka dosa-dosa besar akan diampuni, dan jika seorang hamba bertekad untuk meninggalkan dosa-dosa maka akan datang kemenangan.” Jadi, sungguh hairan jika ada orang yang mempunyai tekad yang lemah keinginan yang rendah, ia tidak mempunyai kekuatan kecuali dengan melakukan dosa, dan ia tidak mempunyai tekad kecuali dalam melakukan kejahatan.
Orang yang menyesal adalah orang yang berbuat untuk akhirat, seakan-akan esok ia akan meninggal dunia. Ia tidak akan menunda-nunda pertaubatannya kerana penundaan bererti kebangkrupan yang luar biasa. Allah s.w.t. berfirman: "Syaitan ialah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka." (Muhammad: 25)
Ketika menafsirkan ayat di atas, Al-Hasan r.a mengatakan, “Syaitan menghiasi mereka dengan kesalahan-kesalahan dan memanjangkan angan-angan mereka.” Orang-orang yang menunda-nunda seperti itu bagaikan seseorang yang berkeinginan untuk mencabut pohon dalam waktu tertentu dan berkata, "Aku menunda untuk melakukanNya hari ini.” Jadi di hari berikutnya, ia kembali benkata, "Aku menantikannya sampai hari berikutnya.” :Orang seperti ini tidak sedar bahawa setiap kali penundaan, pada saat itu pula kekukuhan pohon makin bertambah dan akan semakin sulit untuk mencabutnya.
Wahai saudaraku, pejamkanlah matamu, kenangkan hari-hari yang telah kau lakoni dari pagi sampai menjelang tidur, lalu renungkanlah, bagaimana jika datang kepadamu kematian sedangkan kamu dalam keadaan belum bertaubat? Apakah kamu sudah membuat kesepakatan dengan malaikat maut yang menjamin bahawa kematianmu tidak akan datang secara tiba-tiba? Apakah kamu mampu mengetahui yang ghaib sehingga kamu mengetahui bila loceng kematianmu berdetang, atau kamu telah membuat penjanjian di sisi Allah bahawa Dia tidak akan mengambil rohmu sampai kamu bertaubat terlebih dahulu?
Wahai saudaraku, sudahkah anda merenungkan setiap fenomena kehidupan atau feomena alam yang terjadi di sekitar anda? Bukankah hanya orang kafir dan orang munafik saja yang tidak mendapatkan petunjuk kerana mereka tidak mahu menggunakan akalnya dengan benar?
Allah s.w.t berfirman: “Aku memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuatanKu. Mereka, jika melihat tiap-tiap ayat(KU), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk mereka tidak mahu menempuhnya. Yang demikian itu adalah kerana mereka mendustakan ayat-ayat kami dan mereka selalu lalai daripadanya." (Al-A’raaf: 146)
Bukankah berfikir adalah salah satu bentuk mensyukuri nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kita? Bukankah jika aktiviti berfikir itu ditambah dengan istighfar dan ketaatan, maka kenikmatan-kenikmatan yang kita perolehi tersebut akan terus dianugerahkan kepada kita bahkan akan ditambah?
Dengan demikian, wahai saudaraku, sedarlah bahawa dunia ini adalah penjara. Sedarkah bahawa Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Dunia ini adalah penjara orang mukmin dan syurga bagi orang kafir.” Untuk itu, siapkah anda menjalani kehidupan “Penjara” selama berada di dunia? Kerananya, pandanglah muka anda dicermin setiap pagi, lalu sedarkan wajah yang ada di dalam cermin itu bahawa, “Kita sesungguhnya sedang hidup di dalam penjara!”
"Ya Allah, Engkau, adalah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau, Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hambaMu, aku berada dalam genggaman janjiMu dan ancamanMu menurut kehendakMu. Aku lindung kepadaMu dari kejelekan yang aku perbuat. Aku mengakui dengan nikmatmu kepadaku dan aku telah melakukan dosa, maka ampunilah aku dan sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa selain Engkau," (HR. Bukhari)

Dicatat oleh
Rey
0
ulasan
Label: Ramadhan al-mubarak
Contact Me
Advertisement
Affiliate Ads
Welcome to Mukah Division
Ruang Sembang
Post Comments
News Online
Penjana Minda
-
DAKWAH MASA KINI: DARI KONFRANTASI KEPADA ENGAGEMENT - Oleh: Prof Madya Dato’ Dr Mohd Asri bin Zainul Abidin 1. Ramai yang agak terkejut apabila melihat beberapa tokoh memulakan pendekatan dakwah yang berbeza d...7 tahun yang lalu
-
-
Rujukan dan Maklumat
Pengunjung Blog
My Google Friend Connect
Sponsor by :
Copyright© 2008 by jerunei.blogspot.com